perkembangan Islam liberal di nusantara Indonesia




Telah menjadi pembahasan ter-populer di berbagai kalangan terutama di kalangan Aktifis Mahasiswa, kata “Sekuler” yang mungkin sempat menyumbat telinga para pembaca sekalian , pasalnya karena istilah ini walaupun telah meluap ke permukaan, namun tak banyak dari kita yang tahu persis apa sesungguhnya maksud dan tujuan munculnya istilah tersebut. Sehingga dengan ketidak tahuan atau kekurang tahuan itu mengajak para pembaca untuk terus mencari tahu, meneliti dan mengkaji sehingga menghasilkan pemahaman yang sempurna.
Pada tema ini penulis lebih spesifik pada perkembangan Islam liberal di nusantara Indonesia, tajuk ini sebenarnya telah sering dan terus diperbincangkan oleh kalangan Mahasiswa, terutama yang sedang menyelesaikan desertasinya, dan juga tajuk tersebut sempat di bedah oleh salah satu mahasiswa Kuliah Dakwah Islamiah (KDI) –Libya Ust. Yuni Hardi yang mengambil fakultas Dakwah dan Peradaban dalam tesisnya yang berjudul ” Pengaruh Liberalisme dalam pergerakan dakwah di Indonesia”, dan banyak lagi lainnya yang terus melakukan pengkajian dan analisa serupa. Terdapat beberapa poin penting yang penulis angkat dalam tema ini, poin-poin tersebut adalah: 1.Antara Karakteristik pemikiran Islam dan Barat, 2. Perkembangan Islamisasi di Indonesia, 3. Liberalisme ( Kajian dan Fakta). Dari tiga poin diatas penulis akan memaparkan poin per poin walaupun tidak secara terperinci.






Antara karateristik Pemikiran Islam dan Barat



Perlu diketahui bahwa karakter atau yang lumrah disebut Identitas berawal dari adanya sumber dan pondasi yang dijadikan sebagai pijakan dalm setiap langkah dan gerak, dalam kata lain bahwa karakter merupakan perwujudan atas kelompok yang dianutnya. Dalam dari pada itu dapat dikatakan bahwa sumber pemikiran Islam lebih berpatok pada sumber-sumber ilahi yang kental dengan nilai-nilai ketuhanan, perumusan nilai ketuhanan itu sendiri terumuskan dalam kitab suci al-quran, Hadits Rasul, qoul ulama . Jadi sumber utama yang oleh pemikir islam dijadikan patokan adalah sumber hokum ilahi. Sedangkan sumber pemikiran barat lebih berpatokan pada hal-hal yang bernilai materialis, sehingga segala aspek kerja terus diarahkan pada nilai material, yang hanya berpusat pada kepuasan duniawi semata. Walaupun pada akihir-akhir ini ada semacam perombakan atau pergeseran yang dulunya hanya berfokus mada materialis, namun sekarang telah merembet kepada nilai-nilai agamis dengan cara mengadopsi pemikiran-pemikiran barat kepada para pemikir Islam sehingga terkadang pemikiranpemikiran Islam sendiri seakan terkontaminasi dengan pemikiran barat tersebut, yang mengakibatkan lunturnya sumber-sumber murni bagi pemikir Islam.






Perkembangan Islamisasi di Indonesia



Proses Islamisasi di Nusantara erat kaitannya dengan fase awal masuknya Islam ke Indonesia, ketika dilihat lewat kaca mata sejarah dengan jelas menguraikan bahwa masuknya Islam ke Indonesia berawal dari jalur perdagangan Arab atau yang sering di istilahkan dengan ” Bahriah” yang berarti para pedangan yang melewati jalur perdagangan laut, sehingga dengan terbukanya hubungan dagang Arab-Indonesia, Islam mulai muncul dan terus berkembamg di Indonesia. Walaupun dari kalangan para sejarawan banyak perbadaan tentang sejarah awal masuknya Islam ke Indonesia,,adapun pendapat lain yang sempat dikemukakan oleh pak Hamka bahwa Islam (Dakwah Islam) telah masuk dan berkembang di Indonesia sejak fase-fase pertama Islam, artinya masuknya Islam tersebut tidak dibatasi pada jalur perdagangan arab semata . adapun proses dakwah Islam ” Islamisasi” mermula dari fase yang akrab disebut Wali Songo yang berarti Sembilan orang wali, mereka itu adalah: 1. Maulana Malik Ibrahim, 2. Sunan Ampel, 3. Sunan Giri, 4. Sunan Bonang, 5. Sunan dradjat, 6. Sunan Kalijaga, 7. Sunan Kudus, 8. Sunan Muria, 9. Sunan Gunung jati,berkat perjuangan mereka dalam menggalang dakwah tersebut sehingga Islam bisa tersebar danmenjadi anutan bagi seluruh penjuru Nusantara. Aspek utama yang menjadi perhatian para wali sanga adalah aspek adat atau budaya yang ketika itu kental dengan budaya hindu budha, mereka mencoba mengkikis sedikit demi sedikit adat tersebut dengan menggantikannya dengan adat islami ” Islam klasik” , sehingga lambat laun budaya dan adat hindu tersebut luntur serta berkembanglah adat yang serat dengan nilai-nilai islam, walaupun semua itu membutuhkan waktu dan fase yang cukup melelahkan , hingga sampai sekarang boleh dikatakan bahwa perjuangan islam belum sampai pada finish, namun perjuangan tersebut harus tetap di galang dengan penyajian generasi Islam yang siap mendakwahkan, membela nilai-nilai Islam. Jika kita teliti perjalanan dakwah wali sanga kan kita dapati bahwa system yang mereka pakai adalah system social-masyarakat, artinya mereka lebih berfokus pada pensejahteraan masyarakat, sebagian lain ada yang focus pada medan pendidikan dengan cara mendirikan substansi pendidikan yang berupa Pesantren serta lembaga lain.namun sebagian kecil dari mereka ada yang lebih memfokuskan dirinya berdakwah dalam terjal pemerintahan , walaupun pada akhirnya hasil dakwah nyata yang dapat dirasakan bersama adalah dakwah social-masyarakat, proses tersebut terus berkambang dan menyebar sampai penjuru nusantara Indonesia.






Liberalisme (Kajian dan Fakta)



Jika dilihat dan diteliti secara seksama bahwa kata “Liberal” merupakan istilah baku dalam bahasa Indonesia, sampai dalam serapan bahasa arab juga berlaku istilah tersebut yang sering diungkapkan dengan ” Liberaliah”, istilah tersebut mulai berkembang dan mencuat pada abad ke-19, walaupun esensi jaringan tersebut telah muncul jauh sebelum itu.istilah Liberal yang berarti Toleran, Terbuka, dan kebebasan, sedang Liberalisme sendiri bermakna suatu paham yang mengusung nilai-nilai kebebasan, sebagian lain ada yang mengartikan bahwa Liberalisme adalah paham Liberal atau Kelompokn Islam yang berusaha mengembangkan gagasan keislaman yang bersifat toleran, terbuka, progressif dalam merespon isu-isu globlal yang berkembang.
Pada peta Indonesia, paham Liberal mulai menunjukkan taringnya pada tahun 1970, perkembangan pamah tersebut bermula di kalangan intelek mahasiswa,terutama dipelopori oleh Nurcholis Madjiddan konco-konconya dalam mendeklarasikan perlunya sekulerisme Islam . kemudian terus meluncur sampai pada tahun 80-90 an paham tersebut merambat di kalngan pesantren yang di usung oleh Gus dur ( Abdurrahman wahid), hingga sampai kea bad-21 ini paham tersebut telah mekar dan menyebar di berbagai kalangan, sampai- sampai kaum non muslim pun juga ikut tercemari. Jadi, dari pemahaman diatas dapat di rumuskan bahwa ide-ide yang terus digagas dan di pertahankan oleh penganut paham ini adalah memutlakkan nilai kebebasan, yang semua itu bermuara pada system Sekulerisme, Liberalisme, Pluralisme, yang terus mencuat dan sudah dianggap sebagai istilah lumrah di semua kalangan.
Paham Liberal terus berusaha memetakkan ladang dakwahnya dalam berbagai bidang, diantaranya:





Liberalisme Politik



Pada bidang politik Liberal menawarkan penafian hokum Ketuhanan, artinya hak mutlak kebebasan dalam berpolitik berada di tangan rakyat serta menafikan atau menyembunyikan nilai-nilai ketuhanan dalam urusan politi. Secara jelas paham tersebut sepadan dengan awal munculnya Liberal di barat, yang bermula dari adanya reaksi terhadap hegemoni dogma gereja yang dirasa tidak sesuai dan tidak searah serta saling bertentangan dengan kaidah-kaidah yang berlaku di kalangan pemerintah ketika itu, sehingga mereka berusaha meniadakan serta menjauhkan nilai-nilai dogma gereja dari urusan politik. Ada satu hal yang sempat menggelikan , jika kita putar balik dengan kondisi di nusantara, apakah munculnya system politik Liberal ” Sekulerisme” di dukung karena adanya kontradiksi atau ketidak sepadanan dan keselarasan antara system politik dengan nilai-nilai ketuhanan yang terkandung dalam kitab suci al-quran??!!





Liberalisme Ekonomi



Liberalisme Ekonomi atau yang juga dikenal sebagai Liberalisme Klasikal adalah satu ideology yang menyokong hak-hak pribadi ke atas harta benda dan kebebasan perjanjian bertulis, Bidang ini di usung dan di gembor-gemborkan oleh para penemu Liberal klasik seperti Adam Smith, French Physiocrats. Paham ini lebih menjulur pada system ekonomi Kapitalis ataupun Pasar modal, yang berarti hak mutlak kepemilikan harta bagi setiap individu tanpa ada campur tangan Negara, semuanya kembali pada hak pribadi rakrat.sehingga paham ini nantinya akan menafikan nilai kesama rataan, artinya segala aspek ekonomi dikembalikan secara lego kepada individu, mulai dari modal, tata cara berekonomi, sehingga sangat menyangsikan adanya keadaan yang kaya semakin kaya sedang yang miskin semakin melarat, dampak serta imbas tersebut dapat dengan nyata dilihat pada pemerintahan Belanda, terdapat beberapa perumusan dalam ekonomi liberal ini:
Semua sumber produksi adalah milik rakyat secara individu,
Masyarakat diberi kebebasan dalam memiliki sumber-sumber produksi,
Pemerintah tidak ikut campur tangan secara langsung dalam kegiatan ekonomi .
Semua perumusan diatas mengidentifikasikan adanya kebebasan selonggar-longgarnya bagi rakyat dalam menciptakan lading ekonomi, system ekonomi, serta tidak adanya pengawasan langsung dari pemerintah, sehingga pada akhirnya imbas dari semua itu kembali pada rakyat yang tidak mampu dan tidak memiliki modal dalam berekonomi, sehingga kemelaratan terus merajalela tanpa terkendali, sedang pihak yang memiliki modal tinggi, maka mereka bisa menciptakan amal usaha denfgan sekehendak mereka tanpa memikirkan rakyat bawah, akhrnya muncullah istilah yang kaya makin kaya, yang miskin makin melarat.





Liberalisme Sosial



Pada bidang ini kaum Liberal lebih menjulur pada jalur keagamaan dan pemikiran.banyak pemahaman ke-agama-an yang dirasa cukup asing bagi beberapa kalangan, yang pemahaman ini seakan berbeda dengan pemahaman Islam yang lumrah ki kenal dan dianut. Mulai dari metode pengambilan hokum agama, kaum liberal mencoba untuk membuka secara mutlak pintu Ijtihad, sehingga dari ijtihad yang mungkin kurang berakar ini yang mengakibatkan munculnya keputusan-keoutusan baru di kalangan agamis sendiri.
Pada sector pemikiran , dapat di teliti dengan seksama bahwa pemikiran Liberal lebih berkiblat pada hasil pemikiran barat, pasalnya pemikiran Liberal ini lebih berpatok pada Kebebasan, berlebih lebihan dalam memaknai hak asasi manusia (HAM),, yang semua itu merupakan corak pemikiran barat walaupun tidak secara mutlak.
Dari ketiga macam Liberalisme diatas, setidaknya dapat memetakan bentuk, arah, serta tujuan paham Liberal tersebut. Terdapat beberapa agenda yang akan dan terus di usung oleh para dedengkot paham ini, diantara agenda tersebut mungkin patut di cantumkan pada kajian ini, agenda-agenda tersebut berupa:





Liberalisasi Aqidah



Target pertama yang diusung adalah Liberalisme Aqidah dengan bentuk Pluralisme agama, Pluralisme yang berarti sama, rata, maksudnya penyamaan dari bentuk yang berbeda. Lebih spesifiknya bahwa semua adalah sama, kebaikan serta kebenaran ada pada setiap agama, sehingga hak asasi untuk beragama ataupun tidak semuanya dikembalikan secara mutlak pada personal masing-masing. Buah dari agenda tersebut dapat di lihat pada jendela web JIL yang menyatakan ” dengan nama Allah yang maha pengasih, maha penyayang, tuhan sedgala agama,,





LIberalisasi Syariah



Telah terkemuka diatas behwa salah agenda besar penganut paham ini dalam kancang syariah ke-agama-an adalah terbukanya secara mutlak pitu ijtihad, artinya metode ijtihad sebagai pondasi inti dalam menentukan hokum tertentu, sehingga meresahkan orang artinya mukum-hukum terssebut dianggap nyleneh .





Liberalisasi Wahyu



Metode kritis yang terus digembor-gemborkan oleh kalangan Liberal berupa al-quran edisi kritis ” Tafsir hermenetika” yang pada awalnya jenis tafsir seperti ini digunakan dan berlaku ketika sesuatu yang menjadi objek kajian dirasa meragukan akan keautentikannya,serta ketidak sepadanan dengan konteks zaman, sehingga sebelum melakukan riset, dilakukan pengkritikan dengan secara global terhadap apa yang akan di kajinya. Pada awalnya metode pentafsiran ini berlaku di komplek dogma gereja ” injil” diragukan akan keasliannya, mereka juga menganggap bahwa injil dirasa sudah tidak relefen lagi dengan konteks zaman, serta banyak terdapat kontradiksi nyata dengan zaman, pernyataan yang lumayan menggelikan bahwa kaum Liberal atau yang lebih spesifiknya Orientalis berusaha menerapkan system pentafsiran kritis tersebut dalam mengkaji kitab suci Al quran, artinya ketika mereka menerapkan metode tersebut pada pengkajian al quran berarti keautentikan al quran dapat diragukan, sehingga timbul pertanyaan apakah benar al quran merupakan wahyu dari Allah??hasyaa lillah kalau pernyataan tersebut benar adanya.






Ikhtitam



Setelah meneliti dan membahas secara objektif dapat dinyatakan bahwa kedepan suing Liberal akan semakin memanjang, sekarang tinggal kita bagaimana menyikapi keadaan ini, dengan terus berusaha secermat mungkin dan aktif menggali serta mengkaji paham-paham yang terus bermunculan, sehingga nantinya dapat memberikan hasil yang tepat dalam memandang sesuatu. Penulis berharap semoga Allah selalu menunjuki kepada kita jalan yang lurus serta dijauhkan dari perkara yang menjurus kepada jurang kesesatan dan kehampaan…..

Comments

Popular posts from this blog

MAKALAH. UNSUR, SENYAWA, DAN CAMPURAN

artikel penjelasan rumus PERBANDINGAN matematika smp

Modul Materi Makalah Artikel Ringkasan tentang himpunan Matematika SMP